Kamis, 18 Maret 2010

aku dan dia

 Aku, dan dia 
Hanya sedikit berbeda 
Aku, dan diaHanya tak tau apa rasa ada sama
Kepada bulan yang terik saat fajar 
Percayakan hatimu padaku
Kepada bintang yang muncul saat purnama 
Percayalah aku juga menjadi jiwamu
Kau, cakrawala mata hati yang tersingkap dengan segala indahnya
Kau, dunia nyata saat aku ada dan bersamanya menjadi bunga
Kau, mentari siang yang menyuguhkan embun hasrat jiwa
Bukan aku jika kau pergi berlalu
Tapi juga bukan kau jika aku terus melaju 
Kebenaran hati yang hanya aku, kau, dan 
Dia yang tau 
Sekarang, apakah kau akan memberikan hatimu untukku
Aku itu bukan jiwamu, aku hanya pootongan sayap yang mulai terbang tertinggal 
Teringgal oleh jiwamu yang membawaku dan nyawaku terkubur dalam tanah 
Dan tak ada yang tau apakah itu menjadi benih
Meski rasa ini tulus, bahkan sangat tulus 
Nyata, dan indah 
Tapi aku bukan tidak pernah mengharapkan 
Dan membawanya dalam hidupku, 
Bagai mimpiku, melebihi keindahan yang ada ketika aku lupa apa kau itu ada

Senin, 15 Maret 2010

SERATUS JUTA


Umat miskin dan penganggur berdiri hari ini

Seratus juta banyaknya

Di tengah mereka tak tahu akan berbuat apa

Kini kutundukkan kepala, karena

Ada sesuatu besar luar biasa

Hilang terasa dari rongga dada

Saudaraku yang sirna nafkah, tanpa kerja

berdiri hari ini

Di belakang mereka tegak anak dan isteri, berjuta-juta

Beribu saf berjajar susunannya

Sampai ke kakilangit khatulistiwa

Tak ada lagi tempat tersedia

Di kantor, pabrik dan took bagi mereka

Dan jadi semestalah ini sengsara

Anak-anak tercerabut dari pendidikan

Penyakit dan obat, sejarak utara dan selatan

Cicilan kredit terlantar berantakkan

Bilakah gerangan terbuka gerbang pekerjaan

Suram, suramnya langit keadaan

Nestapa, nestapanya cuaca bangsa

Kini kutundukkan kepala, karena

Ada sesuatu besar luar biasa

Hilang terasa dari rongga dada


 

Saudaraku

Kita mesti berbuat sesuatu

Betapapun sukarnya itu.

1998

12 Mei, 1998

Mengenang Elang Mulya, Hery Hertanto,

Hendriawan Lesmana dan Hafidzin Royan


 

Empat syuhada berangkat pada suatu malam, gerimis air mata

Tertahan di hari keesokan, telinga kami lekapkan ke tanah kuburan

Dan simaklah itu sedu sedan,

Mereka anak muda pengembara tiada sendiri, mengukir reformasi

Karena jemu deformasi, dengarkan saban hari langkah sahabat-

sahabatmu beribu menderu-deru

Kartu mahasiswa telah disimpan dan tas kuliah turun dari bahu.

Mestinya kalian jadi insinyur dan ekonom abad dua puluh satu,

Tapi malaikat telah mencatat indeks prestasi kalian tertinggi di

Trisakti bahkan di seluruh negeri, karena kalian berani

Mengukir alfabet pertama dari gelombang ini dengan

Darah arteri sendiri,

Merah putih yang setengah tiang ini, merunduk di bawah garang

Matahari, tak mampu mengibarkan diri karena angin lama

Bersembunyi,

Tapi peluru logam telah kami patahkan dalam doa bersama, dan

kalian pahlawan bersih dari dendam, karena jalan masih

jauh dan kita perlukan peta dari Tuhan

1998